lebat tiada henti-henti. Kebanyakan mereka hanya berdoa mengharapkan agar tiada malapetaka
menimpah. Jam telah menunjukan waktu telah hampir 1.00 pagi. Mereka takut menjenguk keluar rumah. Demikian juga jiran-jiran mereka. Seorang anak kecil bertanya pada ayahnya "Apa yang
berlaku ayah, Noni tidak pernah merasa takut seperti malam ini...?". Dalam keadaan serba-salah
si ayah hanya menjawab selamba...."biasa saja, tiada apa-apa". Sambil menyapu-nyapu dan
membelai rambut anak kecil itu.
Cerita Mansor bermimpi bagaimana sebuah kampong dalam kemusnahan, hingga rumput-rampai
kekeringan. Langit kemerah-merahan. Tiada udara dan angin bertiup, jika adapun hanya sekadar
cukup untuk bernafas. Tiada siapa yang sanggup bercakap. Semua diam, hanya saling pandang-
memandang. Longlai. Mereka sekadar hanya ada tenaga untuk hidup. Sedang tiada sedikitpun
makanan lagi. Mata luas memandang. Pokok-pokok kayu keluruhan daun-daunnya. Air sungaipun
kekeringan. Namun tiada rasa bahang kepanasan. Lantaran mereka tidak menerima musibah air bah
adalah peringatan dari Allah. Namun mereka menganggp itu hanya perkara biasa berlaku. Lalu
Allah datangkan kepada mereka kemarau yang sangat panjang (padahal tidak panjang). Hanya dalam
dua purnama. Segalanya menjadi kering-kontang.
Gempa Bumi sangat hampir terjadi jaraknya di antara satu kejadian (kerap berlaku). Bah di mana-
mana. Musibah sering terjadi. Tiada lagi cerita menarik tentang kehidupan, melainkan kemusnahan
dan kesulitan. Demikian Allah memberi peringatan. Namun mereka menyangkalnya sebagai tanda
keangkuhan mereka. Pelbagai penyakit Allah turunkan (saling berganti sebagai wabak). Namun
sedikitpun mereka tiada merasa takut. Persengketaan sering terjadi di antara mereka. Anak-anak
kehilangan kasih sayang ibu bapa. Penipuan dan fitnah berlaku di mana-mana.
Sedang mereka mencari rezekipun banyak yang tidak HALAL Namun mereka menyatakan, begitulah kehidupan hari ini, jika tidak mereka akan ketinggalan. Apa sebenarnya yang tertinggal
itu hanyalah berlumba-lumba mencari harta dunia. Padahal semua itu hanya akan jadi debu, bila
kemurkaan Allah datang kepada mereka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan